RajaBlogg.COM - Tanaman eceng gondok yang banyak tumbuh di danau dan sungai selama ini dianggap sebagai hama. Namun ternyata, saat ini terdapat teknologi baru yang mampu mengubah eceng gondok menjadi energi baru terbarukan. Bahkan dari eceng gondok ini lebih murah dibandingkan energi gas.
Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat mengatakan, munculnya eceng gondok selalu menjadi permasalahan di setiap danau dan sungai. Munculnya eceng gondok ini selalu menurunnya tingkat kelarutan oksigen yang membuat biota dalam air menurun dan juga meningkatkan pendangkalan.
"Di Rawa Pening itu luas danau mencapai 2.700 hektare (ha), sekarang tinggal 800 ha, sisanya eceng gondok. Dulu kedalaman 30 meter, sekarang hanya 4-5 meter. Semua danau itu habis kena eceng gondok dan pendangkalan. Danau Tempe itu 13 ribu ha, cuma sisa 3 ribu ha. Danau Tondano, Ciracas, Jatiluhur, Kali Ciliwung, itu eceng gondok semua,"
Irwan melanjutkan, ternyata, saat ini terdapat teknologi yang mampu mengubah eceng gondok yang selalu dianggap hama tersebut menjadi energi baru terbarukan. Eceng gondok dapat dijadikan produk bahan padatan atau briket yang berbentuk pellet untuk digunakan sebagai energi baru pengganti minyak dan gas. Energi baru terbarukan dari eceng gondok ini juga disebut dengan wood pellet.
Energi terbarukan ini, diakui Irwan memiliki banyak keunggulan dibandingkan energi lain seperti gas. "Ini lebih untung ketimbang pakai gas. Kalau gas untuk dapat 11 ribu kalori LPG keluar uang Rp 12 ribu per kg. Kalau ini, kalorinya 4.300-5.000 jadi butuh sekitar 2,6 kg. Harganya Rp 1.600 per kg. Ini berarti kan cuma butuh Rp 5.000 untuk dapat 11 ribu kalori. Lebih murah," kata dia.
Sido Muncul pun sudah sejak beberapa tahun ini mengembangkan teknologi wood pellet dan menggunakannya untuk memproduksi jamu. Tentu saja, dengan menggunakan wood pellet ini bisa menurunkan biaya produksi.
Selain itu, lanjut dia, langkah untuk mengurangi penyebaran gulma eceng gondok dengan memanfaatkan untuk sumber energi ini berdampak positif bagi lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Dengan berkurangnya eceng gondong, maka danau atau sungai bisa menjadi sumber air yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Tujuannya utamanya sebenarnya menyelamatkan sumber air. Kalau sumber air sudah ada, daerah itu menjadi produk wisata yang menarik. Dan bahan bakar terbarukan, tidak merusak lingkunan. Ini eceng gondoknya habis, tapi tanpa mengeluarkan biaya malah dapat untung," jelas dia.
Selain itu, wood pellet ini bisa menjadi komoditas ekspor. Sebab, jenis energi terbarukan ini bisa telah dijual hingga ke Jepang. "Wood pellet ini banyak diekspor ke Korea dan Jepang," tandas dia.
Regards - RajaBlogg.COM
Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat mengatakan, munculnya eceng gondok selalu menjadi permasalahan di setiap danau dan sungai. Munculnya eceng gondok ini selalu menurunnya tingkat kelarutan oksigen yang membuat biota dalam air menurun dan juga meningkatkan pendangkalan.
"Di Rawa Pening itu luas danau mencapai 2.700 hektare (ha), sekarang tinggal 800 ha, sisanya eceng gondok. Dulu kedalaman 30 meter, sekarang hanya 4-5 meter. Semua danau itu habis kena eceng gondok dan pendangkalan. Danau Tempe itu 13 ribu ha, cuma sisa 3 ribu ha. Danau Tondano, Ciracas, Jatiluhur, Kali Ciliwung, itu eceng gondok semua,"
Irwan melanjutkan, ternyata, saat ini terdapat teknologi yang mampu mengubah eceng gondok yang selalu dianggap hama tersebut menjadi energi baru terbarukan. Eceng gondok dapat dijadikan produk bahan padatan atau briket yang berbentuk pellet untuk digunakan sebagai energi baru pengganti minyak dan gas. Energi baru terbarukan dari eceng gondok ini juga disebut dengan wood pellet.
Energi terbarukan ini, diakui Irwan memiliki banyak keunggulan dibandingkan energi lain seperti gas. "Ini lebih untung ketimbang pakai gas. Kalau gas untuk dapat 11 ribu kalori LPG keluar uang Rp 12 ribu per kg. Kalau ini, kalorinya 4.300-5.000 jadi butuh sekitar 2,6 kg. Harganya Rp 1.600 per kg. Ini berarti kan cuma butuh Rp 5.000 untuk dapat 11 ribu kalori. Lebih murah," kata dia.
Sido Muncul pun sudah sejak beberapa tahun ini mengembangkan teknologi wood pellet dan menggunakannya untuk memproduksi jamu. Tentu saja, dengan menggunakan wood pellet ini bisa menurunkan biaya produksi.
Selain itu, lanjut dia, langkah untuk mengurangi penyebaran gulma eceng gondok dengan memanfaatkan untuk sumber energi ini berdampak positif bagi lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Dengan berkurangnya eceng gondong, maka danau atau sungai bisa menjadi sumber air yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Tujuannya utamanya sebenarnya menyelamatkan sumber air. Kalau sumber air sudah ada, daerah itu menjadi produk wisata yang menarik. Dan bahan bakar terbarukan, tidak merusak lingkunan. Ini eceng gondoknya habis, tapi tanpa mengeluarkan biaya malah dapat untung," jelas dia.
Selain itu, wood pellet ini bisa menjadi komoditas ekspor. Sebab, jenis energi terbarukan ini bisa telah dijual hingga ke Jepang. "Wood pellet ini banyak diekspor ke Korea dan Jepang," tandas dia.
Regards - RajaBlogg.COM
Posting Komentar